![]() |
Yulihasri, Dosen Unand |
Oleh Yulihasri, Dosen Unand
AKTUAL7News.com | Padang - TAWURAN remaja merupakan masalah serius yang mengancam keamanan dan kenyamanan masyarakat dan bangsa ini. Fenomena tawuran ini sering terjadi di kalangan remaja termasuk pelajar, di mana mereka terlibat dalam perkelahian massal yang melibatkan kekerasan fisik dan menggunakan senjata tajam yang mengancam nyawa. Saat ini lagi viral dengan ditemukan korban nyawa akibat tawuran Afif Maulana seorang pelajar yang sampai sekarang masih menjadi perdebatan antara polisi, keluarga korban dan masyarakat mengenai apa penyebab Afif Maulana ini meninggal.
Oleh karena itu, tawuran remaja ini harus segera diatasi atau minimal dikurangi jika tidak maka akan ada lagi korban-korban seperti Afif Maulana berikutnya. Penyebab tawuran remaja bisa beragam, mulai dari masalah sepele seperti persaingan antar kelompok, hingga masalah sosial yang lebih kompleks seperti tekanan teman sebaya, kondisi ekonomi dan ketidakadilan sosial. Di bawah ini dijelaskan penyebab utama dari tawuran di kalangan remaja. Pertama, lingkungan sosial yang memainkan peran besar dalam pembentukan perilaku remaja. Dibanyak kasus, remaja yang tumbuh di lingkungan yang tidak sehat sering kali menunjukkan perilaku kekerasan dan cenderung meniru perilaku tersebut.
![]() |
Ilustrasi Tawuran |
Lingkungan rumah yang tidak harmonis, kurangnya perhatian dari orang tua, dan adanya tekanan dari teman sebaya dapat memicu remaja untuk terlibat dalam tawuran.
Kedua, budaya Kekerasan. Di beberapa komunitas, kekerasan telah menjadi bagian dari budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Konflik antar sekolah atau komunitas yang berlangsung lama bisa menjadi pemicu tawuran berikutnya.
Remaja merasa bahwa mereka harus mempertahankan “kehormatan” kelompok mereka. Bahkan dendam berkepanjangan yang berwujud tawuran ini diturunkan kepada junior di sebuah komunitas/sekolah itu.Tiga, pengaruh media. Media termasuk media sosial, sering kali memperlihatkan kekerasan sebagai sesuatu yang normal atau bahkan dianggap heroik. Video tawuran yang viral dapat memberi pengaruh buruk, membuat remaja merasa bahwa berkelahi adalah cara untuk menunjukkan keberanian atau mendapatkan pengakuan dari teman sebaya.
Empat, kurangnya pendidikan karakter. Baik di rumah maupun di sekolah pendidikan karakter yang kurang memadai juga menjadi salah satu faktor penyebab tawuran remaja tersebut. Pendidikan tidak hanya tentang ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk kepribadian yang baik dan toleransi. Ketika rumah dan sekolah lebih fokus pada prestasi akademis dan kurang memberikan perhatian pada pendidikan karakter, remaja bisa kehilangan arah dan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang menyebabkan mereka menganggap tawuran itu hal yang biasa bahkan dianggap heroik.
Lima, masalah keluarga. Dalam hal ini keluarga adalah unit yang paling kecil dalam kehidupan seorang remaja tapi sangat mempengaruhi perilaku kaum remaja. Di sini peranan ibu dan bapak serta saudara akan menentukan perilaku seseorang. Seperti keluarga yang penuh kedamaian akan membuat remaja betah tinggal di rumah, tetapi sebaliknya remaja yang mempunyai keluarga yang penuh konflik (broken home) maka remaja itu akan mencari pelarian, bergaul dengan teman sebayanya, disitulah terjadinya tawuran sebagai perilaku menyimpang.
Enam, masalah kepribadian. Kepribadian seorang remaja sangat menentukan dia mudah terpengaruh dengan keadaan lingkungannya, pribadi yang kuat seorang remaja yang mempunyai nilai-nilai tentu dapat menyaring pengaruh tersebut, apakah ini baik atau buruk. Remaja yang mengalami kepribadian yang rapuh, maka remaja tersebut akan mudah tergoda untuk melakukan tawuran bersama rekannya sebagai pelarian dari masalah kepribadian lemah yang dimiliki
Tujuh, kesenjangan sosial dan ekonomi. Ketidakadilan sosial dan ekonomi dapat menciptakan rasa ketidakpuasan dan ketidakadilan, yang bisa memicu kekerasan dalam bentuk tawuran. Rasa ketidak adilan ini akan berakumulasi menjadi suatu tindakan kekerasan karena remaja melihat dalam kehidupan sehari hari adanya perbedaan yang nyata antara kehidpuan pribadinya dengan kehidupan remaja di sekitarnya. Jadi melalui tawuran, kekerasan remaja ini merasa bisa menghapuskan rasa ketidakadilan yang ada dipikiran mereka.
Solusi untuk tawuran remaja ini bisa dikurangi sehingga tidak mengancam keselamatan dan keamanan masyarakat, dengan melibatkan seluruh pihak yang berkepentingan seperti rumah tangga, pihak sekolah, masyrakat, petugas atau aparat serta pakar seperti psikolog sosisal. Di antaranya, pertama, pendidikan agama dan karakte. Menguatkan pendidikan agama dan karakter baik di rumah maupun di sekolah yang mengajarkan tentang kedamaian dan toleransi.Pendidikan agama dan karakter sangat penting baik yang dilakukan di rumah tangga sendiri maupun di sekolah atau di tengah masyarakat. Sehingga dengan nilai-nilai agama dan karakter bisa mengurangi kekerasan tawuran di kalangan remaja.
Kedua, peranan orang tua. Komunikasi yang efektif antara anak dan orang tua menjadi kunci untuk anak bisa merasa rumah adalah tempat terbaik bagi mereka. Orang tua juga berperan penting dalam mengarahkan kegiatan remaja di luar rumah dengan pergaulan yang sehat. Ketiga, peranan sekolah. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kegiatan remaja seperti, pengawasan terhadap peserta didik. Peranan sekolah juga berpengaruh terhadap nilai dan etika kaum remaja seperti melalui kurikulum yang tidak hanya mengutamakan pengetahuan (kognitif) tetapi lebih mengutamakan pendidikan karakter sikap dan nilai nilai etika.
Keempat, peranan hukum dan petugas. Hukum harus ditegakan secara tegas tetapi juga menganut fleksibel karena remaja itu adalah anak anak kita juga yang masih sulit membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, jadi sifatnya hukum dan petugas adalah preventif mengajak, dan mengajarkan kaum remaja supaya tidak melakukan kegiatan tawuran.Kelima, peranan pakar sangat dibutuhkan untuk memberikan penyuluhan konseling mediasi kepada remaja yang mengalami gejolak jiwa untuk melakukan tawuran. Jadi pakar harus mampu meredam emosi-emosi yang tidak terkendali itu melalui kegiatan konseling.
Keenam, peranan masyarakat diperlukan untuk mengurangi aksi tawuran remaja ini dengan dengan cara terlibat aktif untuk mengawasi lingkungan sosial seperti, melaporkan kepihak yang berwenang bila ada potensi tawuran. Kemudian, mengadakan kegiatan sosial yang melibatkan kaum remaja untuk memperkuat solidaritas. Selanjutnya, pendekatan yang holistik dan melibatkan berbagai pihak, diharapkan masalah tawuran remaja dapat dikurangi dan lingkungan yang lebih aman serta kondusif dapat tercipta. (Yulihasri, Dosen Unand)
0Komentar